Ternyata sakit yang dirasakan dalam tubuh tidak hanya disebabkan virus, bakteri, atau hal lainnya. Melainkan juga dapat disebabkan oleh terjadinya perubahan cuaca atau udara yang tiba-tiba.
Uniknya, tulang kita(manusia) memiliki kepekaan untuk membaca perubahan cuaca dari normal atau panas ke hujan(dingin). Biasanya gejala yang ditimbulkan saat tulang kita membaca perubahan tersebut ditandai dengan pegal pada sendinya.
Salah satu penyakit atau keluhan yang kerapkali muncul diakibatkan perubahan cuaca adalah migrain atau sakit kepala sebelah.
Sering kita mendengar kabar burung bahwa perubahan cuaca kerapkali akan disertai dengan timbulnya keluhan migrain atau sakit kepala sebelah.
Namun aPakah hal tersebut benar? Sebuah studi menemukan bahwa perubahan cuaca dapat memicu terjadinya sakit kepala sebelah atau migrain, meski masih dalam kadar yang ringan.
Studi tersebut melibatkan 66 orang yang memiliki riwayat migrain dengan membuat catatan terkait kapan migrain tersebut muncul dan apa pemicunya, selama satu tahun. Lebih dari setengah responden melaporkan bahwa migrain yang dialami disebabkan oleh terjadinya perubahan cuaca instan.
Penelitian yang dilakukan oleh Shuu-Jiun Wang, MD menunjukan adanya korelasi antara pengaruh dari sensitifitas cuaca dengan timbulnya sakit kepala pada penderita migrain.
Pernyataan tersebut dibenarkan oleh para peneliti lain yang menyatakan bahwa perubahan suhu merupakan satu dari lima penyebab utama migrain. Hanya saja, perubahan suhu yang paling mempengaruhi migrain adalah perubahan suhu dingin.
Obat-obatan pereda nyeri kepala sebelah memang seringkali diyakini mampu mengatasi keluhan ini, namun terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan juga bisa saja berakibat kurang baik. Jadi, cara paling ampuh untuk mengatasi migrain adalah memahami penyebab-penyebab munculnya keluhan ini.
Selain cuaca, nikotin dan kafein serta bau-bauan tertentu juga diindikasikan sebagai salah satu penyebab munculnya migrain. Oleh karena itu, menghindari potensi migrain dengan menjauhi penyebab lain, pada hari-hari di mana suhu udara rentan meningkat.
Sumber : Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (Kemenkes RI)